Minggu, 03 Februari 2013

Hybrid Broadband Access: Solusi Ekonomis untuk Daerah Pedesaan

Hybrid Broadband Access: Solusi Ekonomis untuk Daerah Pedesaan



[Author: Rahmat Mulyawan] Dewasa ini akses internet broadband sudah menjadi kebutuhan bagi hampir semua kalangan, terutama di negara-negara maju. Kebutuhan untuk bersaing secara global sudah tidak dimonopoli oleh perusahaan besar saja, perusahaan kecil dan menengah (UKM) hingga ke rumah-rumah di pelosok sudah merasakan perlunya terhubung dengan dunia secara langsung. Namun hal itu masih terhambat oleh kesenjangan teknologi yang terjadi antara daerah perkotaan (urban) dan pedesaan (rural). Hal ini disebabkan oleh keterbatasan jaringan akses broadband yang ada selama ini, yaitu fiber optik, untuk menjangkau pedesaan. Tidak hanya sulit dalam instalasi, faktor harga yang cukup mahal juga membuat akses broadband sulit diwujudkan dengan teknologi ini.

Karena itu, muncul ide untuk membangun jaringan akses broadband yang menggabungkan kehandalan fiber optik, dengan fleksibilitas jaringan wireless yang mampu melayani akses broadband, yang dalam hal ini adalah Mobile WiMAX yang menjadi standar baru dalam komunikasi wireless broadband. Arsitektur ini disebut sebagai Hybrid Broadband Access (HBA). Pada HBA, BTS-BTS dari WiMAX terhubung secara point-to-point ke sentral BTS. Sentral BTS inilah yang tersambung ke jaringan backbone fiber optik. Arsitektur ini memungkinkan jangkauan yang mencapai pelosok dan tidak dibatasi oleh bentuk permukaan bumi.

Negara-negara Uni-Eropa , melalui program PROFIL telah meluncurkan proyek pengembangan HBA untuk daerah pedesaan di Eropa. Perlu diketahui bahwa saat ini lebih dari 50% populasi Eropa atau lebih dari 380 juta jiwa bertempat tinggal di daerah pedesaan. Karena itu pemerintah negara-negara Uni-Eropa sepakat untuk mengadakan program bersama dalam mengembangkan teknologi ini.

Sebagai permulaan, penelitian dilakukan di daerah pedesaan di timur laut Jerman, tepatnya di daerah Emsland, dan dilakukan oleh kerjasama antara beberapa universitas serta melibatkan vendor WiMAX dan penyedia layanan backbone optik. Tahapan penelitian meliputi demand estimation, network dimensioning dari segi link budget maupun coverage mapping, serta economical evaluation. Dari hasil penelitian tersebut dibuat profile jaringan broadband yang dibutuhkan daerah pedesaan. Secara umum, kebutuhan dasar yg dapat disupport oleh arsitektur HBA meliputi email, web browsing, video streaming, voip, dan file sharing. Sedangkan data rate minimum yang dapat dipenuhi (dedicated), untuk pengguna rumah adalah 100 Kbps, usaha kecil 384 kbps dan usaha menengah adalah 5.76 Mbps.

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa untuk pedesaan ada potensi untuk mengembangkan WiMAX dengan frekuensi rendah. Standar WiMAX yang ada sekarang adalah di 3.5 GHz, namun jika dijalankan pada frekuensi 700 MHz atau bahkan mungkin 450Mhz, coverage area bisa diperluas, dan hal ini sangat cocok diaplikasikan di daerah pedesaan. Hasil penelitian ini juga mengemukakan bahwa investasi terbesar yg perlu dilakukan adalah pada CPE (48%) dan BTS (23%) sedangkan investasi untuk backbone hanya 2% saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar